Popeye’s Revenge (2025) adalah film aksi heroik yang penuh ketegangan dan emosi, disutradarai oleh Andika Pratama. Film ini mengikuti kisah Popeye, seorang mantan tentara bayaran yang memilih untuk pensiun lebih awal dan hidup damai bersama keluarganya. Namun, kedamaian itu hancur ketika mafia internasional membunuh orang yang sangat ia cintai. Terguncang dengan kehilangan tersebut, Popeye memutuskan untuk kembali ke dunia kekerasan yang sudah sangat lama pernah ia tinggalkan. Ia bertekad membalas dendam untuk membalas orang yang membunuh orang yang di cintainya, dan mengejar kelompok mafia yang bertanggung jawab atas kematian orang yang di cintainya itu .
Popeye tidak menunda langkahnya untuk balas dendam. Dengan keterampilan tempur yang telah ia asah selama bertahun-tahun saat menjadi tentara, ia melacak dan menghadapi para penjahat yang terlibat. Setiap langkah yang ia ambil membawa lebih banyak pertarungan, dan semakin ia mendekati musuh-musuhnya, semakin keras dan kejam dunia yang harus ia hadapi. Setiap pertarungan menguji tekad Popeye, namun ia tidak gentar. Keinginannya untuk membalas dendam mendorongnya untuk terus maju, meskipun tantangan yang ia hadapi semakin berat.
Namun, seiring berjalannya waktu, Popeye mulai merasakan kekosongan. Balas dendam yang ia kejar tampaknya tidak memberikan ketenangan yang ia harapkan. Ia semakin menyadari bahwa tindakannya tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang yang ia cintai. Popeye menghadapi dilema moral yang sangat besar: apakah ia akan tetap terus mengejar keadilan dengan cara yang kejam ataukah ia akan melepaskan kebenciannya demi keselamatan orang-orang terdekatnya? Konflik ini semakin intens seiring ia mendekati titik akhir pencariannya.
Popeye’s Revenge menyajikan lebih dari sekadar aksi brutal; film ini menggali tema pengampunan, harga diri, dan perjuangan melawan masa lalu yang kelam. Di puncak cerita, Popeye harus memilih apakah ia akan terus mengejar balas dendam atau harus melepaskan semuanya untuk menemukan kedamaian. Film ini mengajarkan kita bahwa kadang-kadang, perdamaian datang bukan hanyadari balas dendam, melainkan dari kemampuan untuk melepaskan.
